Kamis, 27 Januari 2011

Menunda pekerjaan

Aksi menunda pekerjaan merupakan salah satu kebiasaan kurang baik di tempat kerja yang harus diatasi. Penunda pekerjaan biasanya tidak memiliki komitmen dan penghargaan yang baik terhadap waktu kerja maupun pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Disamping itu,penunda pekerjaan tentu tidak memiliki komitmen dan disiplin terhadap rencana kerja. Lebih dari itu penunda pekerjaan pasti tidak memiliki prioritas kerja alias bekerja atas dasar mood semata.

Penundaan pekerjaan merupakan faktor tunggal terbesar yang menyebabkan orang tertinggal dalam pekerjaan dan tidak dapat memenuhi target waktu penyelesaian pekerjaan.
Hal ini sekaligus berdampak pada penundaan penyelesaian pekerjaan unit kerja sendiri maupun unit kerja yang lain. Bahkan, sangat terbuka akan berdampak merugikan secara fatal bagi perusahaan secara keseluruhan. Coba apabila yang mengalami penundaan itu adalah laporan perusahaan! Bisa kita bayangkan risikonya!
Disamping itu, walaupun penunda pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaannya, tetapi biasanya pada menit-menit terakhir sehingga tidak lagi memiliki waktu untuk memeriksa ulang hasil kerjanya.
Dalam kondisi demikian, tidak menutup kemungkinan hasil kerjapun tidak akan optimal, bahkan terjadi kekurangan dan kesalahan.
Tidak terelakkan pula, penundaan pekerjaan juga bisa menciptakan stres, baik bagi diri kita maupun pihak lain (rekan kerja dan unit kerja yang terkait, serta pimpinan), yang sebenarnya hal ini bisa dihindari dan tidak perlu.
Lantas bagaimana strategi untuk mengatasi penundaan pekerjaan ini? Beberapa strategi/tip berikut bisa membantu untuk mengatasinya yakni :
1. Sadari dan tanamkan nilai bahwa menunda pekerjaan merupakan kebiasaan yang tidak baik dan perlu diatasi. Untuk mengingatkan diri sendiri secara terus menerus bisa ditulis dalam lembaran dan ditempel di meja kerja :"Jangan menunda pekerjaan!"
2. Tanamkan dan pegang prinsip 'penundaan adalah membunuh peluang', 'separuh perjuangan dalam melakukan pekerjaan adalah memulainya' dan 'cara mengawali sesuatu adalah dengan berhenti bicara dan mulai mengerjakan'.
3. Pahami dan tanamkan pengertian bahwa penanggung risiko penundaan pekerjaan tidak sebatas diri kita sendiri, tetapi juga berisiko pada kinerja orang lain atau unit kerja lain, bahkan seluruh lingkup organiasi. Tentu kita tidak ingin menjadi beban dan penghambat karir pihak lain, bukan?
4. Berpikirlah positif tentang hasil pekerjaan. Pikirkan betapa menyenangkan, membanggakan dan sangat berguna, serta betapa berharganya diri kita ketika sebuah pekerjaan kita selesaikan dengan baik. Kita pun layak mengatakan ‘akulah salah satu bagian dari kesuksesan itu!’
5. Apabila pekerjaan itu rumit atau terlalu berat, bagilah menjadi beberapa segmen/bagian dan serangkaian langkah untuk melaksanakannya. Teruskan aktivitas itu dengan membuat jadwalnya. Langkah berikutnya adalah mengerjakan pekerjaan itu dengan segmen per segmen, sesuai dengan jadwal yang telah kita tetapkan. Cara yang lain, delegasikan pekerjaan yang memungkinkan dan memang harus didelegasikan pada pihak lain, baik kepada sumber daya dari luar, rekan kerja atau bawahan kita, sehingga tugas kita tinggal mengawasi dan mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang telah kita delegasikan tersebut.
6. Berikanlah penghargaan bagi diri kita sendiri dengan menjanjikan sebuah ‘kado istimewa’ atas keberhasilan kita dalam menyelesaikan pekerjaan kita, dengan cara sederhana sekalipun.
7. Sadarilah bahwa pekerjaan tidak harus dikerjakan dengan sempurna. Sejumlah upaya yang sudah kita laksanakan lebih baik daripada tidak diupayakan sama sekali.

Kiranya kita juga dapat belajar dari George Claude Lorimer yang memberi nasihat bijak demikian : “Menangguhkan pekerjaan yang mudah akan membuatnya menjadi sulit, menangguhkan pekerjaan yang sulit membuatnya menjadi tak mungkin untuk dilakukan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar