Rabu, 02 Maret 2011

Dilemma outsourching


Setelah tammat SLTA tahun 1987 ada keinginan utuk melanjutkan ke D3. Karena ketiadaan biaya dan aku tidak mau memberatkan Ortu, maka keinginan tersebut jadi urung. Maklum penghasilan ortu-qu sbg pegawai rendahan tdk seberapa. Aq anak no 3 dari 6 bersaudara. Karir ku dimulai thn 1988. Setelah melalui testing tulis akhirnya aq diterima di PT GSI di Kim Medan. Tapi sayang aq hanya bekerja ± 1 bulan. Aq di “di phk”, lantaran sakit dan lagi pula aq masi masa percobaan 3 bln. Sayang, padahal posisi jabatan aq cukup bagus sbg juru gambar (kalo sekarang org menyebutnya seperti arsitek, dan persyaratan pendidikan min D3 teknik).


Tahun 1990 sampe 1991, sempat kerja di PT GHS Medan. Karena gaji yg tdk sesuai dan hrs siap ke proyek/lapangan, sebagian karyawan ada yg mengundurkan diri termasuk Aq.

Selepas itu aq sempat “nganggur” ± 4 thn. Oh ya aq sempat jadi salesmen 1 minggu.Di tahun 1996 aq coba melamar ke salah satu perusahaan “outsourcing” .Di sini karyawannya di tempatkan dan bekerjasama dgn suatu perusahaan BUMN di kota Belawan. Disini aq betah juga bertahan, meskipun uda 14 thn bekerja . Rekan2 sekerjaqu byk mengharap agar kami bisa di”angkat” jadi karyawan tetap. Terus terang aq sendiri telah 3 kali ikut rekruetmen di Bumn tsb (tahun 1999, 2011 dan terakir thn 2003).Usulan ke manejemen telah dilakukan. Tapi sampai sekarang blum ada tanda2 utk solusinya. Tapi iya pula, dikasi krj aja uda sukur ya daripada diputusin. Tapi pa nasib kami selamanya begini..? sementara perusahaan masi ada untung tdk mngalami kerugian. Masalah ini sensitive. Bukan hanya d tempat aq, mungkin di banyak Bumn lain menerapkan systim kerja “outsourcing”.

Ad sih... keinginan utk melamar ke perusahaan lain, tp kayaknya sulit, krn aq cuma tmtan SLTA, sementara perusahaan skrag kebanyakan mencari yg tamatan D3 or S1.

Jika ad teman yg pernah mengalami pengalaman yg serupa di “outsourcing” mohon saran and solusinya…TQ

7 komentar:

  1. memang susah mas, outsourcing memang tujuanya untuk melindungi perusahaan dari kerugian, dengan konsekuensi pekerja lah yang mengalami kerugian karena pendapatan kita otomatis dipotong pihak penyalur tenaga kerja atau outsource

    BalasHapus
  2. Outsourcing memang hanya menguntungkan perusahaan. Karyawan ada di pihak yang dirugikan...

    Lina

    BalasHapus
  3. @Geafry, and @Lina, TQ atas coment n sarannya, lain wkt mmpir lg ...

    BalasHapus
  4. great post...
    success for u always
    http://stopkeringatberlebih.com

    BalasHapus
  5. Wah sama persis kaya teman saya mas, dia bekerja di salah satu provider selular ternama. Sayangnya outsourcing, tiap bulan selalu menyesalkan masaah gaji yang di potong besar.
    Dulu juga saya sempet hampir kejebak outsourcing, untungnya gak saya ambil. Alhamdulilah tempat kerja skrg gak via outsourcing jd aman.
    Sabar mas, semoga bisa cepet di angkat pegawai tetap yaa.. Aminn.

    BalasHapus
  6. @Dewi : trm ksh ats suport, smoga d agkt jad pgw, doa in ya, slm...
    http://www.program5milyar.com/?id=fista

    BalasHapus
  7. dulu saya juga pernah bekerja di outsourc... ya enak ngak enak memang... tapi tetep dienak-enakin lah... wong butuh makan

    BalasHapus