Senin, 24 Juni 2013

Kehidupan...



Kalau kita melihat perilaku kehidupan umat Islam di zaman sekarang, kebanyakan telah menyimpang dari ajaran / kaidah Al Qur’an dan sunnah. Mulai cara berbicara, mencari rezeki dari cara yg tak jelas halal atau haram, sampai pada cara pergaulan bebas antara pria dan wanita, Kita jadi prihatin.
Namanya hidup tak pernah sepi dari ujian. Namun, semuanya akan menjadi ringan, jika ada seseorang yang bersedia menjadi teman
Dalam hidup, kadang ujian, cobaan ataupun musibah tiba-tiba terjadi dan mengoyak-ngoyak kebahagiaan yang sedang melingkupi. Sebagaimana Allah SWT. telah mengingatkan :
“Apakah manusia mengira dengan mereka mengatakan : ’kami beriman’ akan dibiarkan saja tanpa diberi cobaan?” (QS. Al-Ankabut :2)
Dalam ayat yg lain Allah Swt berfirman :
“Dan sungguh Kami benar-benar akan menguji kalian, sehingga Kami mengetahui orang-orang yg benar² sungguh dalam agama Allah dan orang-orang yg bersabar diantara kalian”. (QS Muhammad :31)

 Dan ingatlah bahwa kesenangan dunia itu adalah sementara, jangan sampai terbuai oleh kesenangan dunia yang maya dan sesaat ini. Namun bukan berarti manusia tidak boleh menikmati hidup dunia dan mengejar dunia. Manusia juga harus mengejar hidupnya di dunia agar bahagia, karena yang mendorong manusia dapat beriman dan bertakwa ternyata adalah kehidupan dunianya, seperti harta, pekerjaan dan sebagainya
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” 
Kalo kita lihat kehidupan disekitar kita ada sebagian orang yg hidupnya serba berkecukupan, punya harta yg banyak, rumah mewah, mobil dan foya-foya. Dia tidak peduli harta yang diperoleh dari jalan halal atau haram. Nah ini yang kebanyakan orang tidak dipikirkan/dipedulikan. Sementara itu ada sebagian orang yg hidupnya serba pas-pasan, penghasilan kurang mencukupi (masih mendingan), ada yang pengganguran karena sulitnya lapangan kerja.
Kenyataannya, banyak orang tak siap menghadapi perubahan mendadak yang sangat mengganggu kenyamanan ini. Banyak yang terhempas dalam rasa sakit hati, marah, atau terjebak dalam kebingungan.

Untuk itulah kita perlu tawakal. Karena tawakal dan keimanan atas segala hal yang terjadi, bukan bangkit dengan sendirinya. Namun, juga atas dorongan dan dukungan dari sesama orang beriman yang ada di sekitar kita. Hingga segala sesuatunya akan terasa masuk akal dan lebih ringan untuk dihadapi, manakala ada orang yang menemani dan membantu kita keluar dari emosi, menuju logika yang lebih mudah dipahami. Allah berfirman:
“Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaalillaahi wa innaa ilahi rooji’uun.” (Al-Baqarah [2]: 155-156).

Bila ujian atau bahkan bencana itu kemudian datang menimpa, maka inilah saatnya untuk menata kehidupan kembali dari awal. Menyempurnakan segala sesuatu yang mungkin pernah terlewat dan membuat pasangan kita merasa tak dijadikan bagian dari yang kita putuskan. Juga saat yang tepat untuk menguatkan ikatan kebersamaan dan pengertian antara kita dan pasangan, juga dengan anggota keluarga lainnya.

Tragedi bukan berarti kehidupan atau harapan berakhir begitu cepat, tetapi garis awal untuk segera memulai sesuatu yang begitu lama kita tunda untuk memulainya. Seperti dalam kasus suami-istri di atas. Musibah yang menimpa mereka berupa putusnya pekerjaan adalah momentum untuk segera mengambil langkah-langkah baru untuk memulai pekerjaan lain yang lebih besar. Bahkan untuk mulai berpikir membangun usaha mandiri agar tak lagi bergantung pada keputusan pihak lain.
Pemikiran-pemikiran baru serta langkah-langkah berani memang harus diambil. Namun, ini semua tak akan menjadi kenyataan manakala ada salah satu dari pasangan yang masih setia diam di tempat. Apalagi memaksakan diri berdamai dengan kenyataan yang sejatinya masih dapat diubah. Setiap pasangan harus benar-benar menyadari bahwa hidup bukanlah sekadar harus dijalani. Namun, perjuangan membuat arti dan keberanian mengubah keadaaan, itulah yang membuat Allah mempercayakan kita menjadi khalifah.

Inilah gambaran kehidupan kita di dunia. Apa yang kita miliki saat ini hanyalah sementara. Allah dengan mudah mengambil apa saja yang menjadi milik-Nya, kapan saja. Karena itu, sebagai orang yang beriman, dalam kehidupan sehari-hari, dalam berumah tangga, kita pun harus siap untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Seperti kisah yang juga pernah dialami oleh sepasang suami-istri yang baru saja menikah. Saat akan menikah, sang suami memiliki jabatan yang cukup penting di perusahaannya dan memiliki penghasilan yang besar. Namun, pailit menimpa perusahaan sehingga akhirnya sang suami pun kehilangan pekerjaan. Walaupun tak berusaha menutupi duka, mereka masih bisa berkelakar, “Sekarang skor kami kosong-kosong. Siap memulai hidup yang benar-benar baru dari keadaan kosong.”
Ya, karena hidup memang bukan menjadi berarti ketika kita memiliki kartu terbaik dalam hidup. Namun, ia akan menjadi yang terbaik manakala kita dapat menggunakan kartu apapun dengan cara yang terbaik. Karena itu, tetaplah bergandengan tangan, berprasangka baik kepada Allah, dan semakin mengokohkan langkah untuk semakin mengerti, bahwa inilah jalan perjuangan yang tak pernah sepi dari ujian. Namun, semuanya akan menjadi ringan, jika ada seseorang yang bersedia menjadi teman.

Sebagai instropeksi marilah kita renungkan sabda rasul dan ayat-ayat al-qur’an
Rasulullah SAW. Bersabda : “Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab dan siksa, mereka adalah orang-orang yang tidak minta ruqyah, tidak menyandarkan kesialan kepada burung dan sejenisnya, tidak berobat dengan besi panas dan mereka bertawakal kepada Rabb meeka.” (H.R. Imam Muslim)

Allah subhannahu wa Ta’ala melarang kita utk bekerjasama dalam dosa dan pelanggaran dengan firmanNya :”Dan  tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah 2)
Suap (orang awam menyebutnya ‘menyogok’) termasuk salah satu dosa besar yg diharamkan Allah SWT atas hamba-hambaNya, dan Rasulullah Saw pun melaknat pelakunya, sebagaimana sabda beliau :
“Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat penyuap, yang disuap dan perantara dari keduanya.”
(HR, Imam Ahmad dan Thabrani)
Karena suap termasuk cara paling buruk dalam memakan harta orang lain dengan jalan batil.
Allah Swt ada berfirman yg artinya : “Hai orang-orang yg beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yg kasar, yang keras yg tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.” (QS. At-Tahrim :6)

Semoga ini jadi renungan agar kita lebih berhati-hati menjalani hidup, dan tidak bermain-main.
Semoga

Wallahualam bisawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar