Kalau
kita melihat perilaku kehidupan umat Islam di zaman sekarang, kebanyakan telah
menyimpang dari ajaran / kaidah Al Qur’an dan sunnah. Mulai cara berbicara, mencari rezeki dari cara yg tak jelas halal atau haram, sampai pada cara pergaulan bebas antara pria dan wanita, Kita jadi prihatin.
Namanya
hidup tak pernah sepi dari ujian. Namun, semuanya akan menjadi ringan, jika ada
seseorang yang bersedia menjadi teman
Dalam
hidup, kadang ujian, cobaan ataupun musibah tiba-tiba terjadi dan
mengoyak-ngoyak kebahagiaan yang sedang melingkupi. Sebagaimana Allah SWT.
telah mengingatkan :
“Apakah
manusia mengira dengan mereka mengatakan : ’kami beriman’ akan dibiarkan saja
tanpa diberi cobaan?” (QS. Al-Ankabut :2)
Dalam
ayat yg lain Allah Swt berfirman :
“Dan sungguh
Kami benar-benar akan menguji kalian, sehingga Kami mengetahui orang-orang yg
benar² sungguh
dalam agama Allah dan orang-orang yg bersabar diantara kalian”. (QS Muhammad
:31)
Dan ingatlah bahwa
kesenangan dunia itu adalah sementara, jangan sampai terbuai oleh kesenangan
dunia yang maya dan sesaat ini. Namun bukan berarti manusia tidak boleh
menikmati hidup dunia dan mengejar dunia. Manusia juga harus mengejar hidupnya
di dunia agar bahagia, karena yang mendorong manusia dapat beriman dan bertakwa
ternyata adalah kehidupan dunianya, seperti harta, pekerjaan dan sebagainya
“Ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.”
Kalo
kita lihat kehidupan disekitar kita ada sebagian orang yg hidupnya serba
berkecukupan, punya harta yg banyak, rumah mewah, mobil dan foya-foya. Dia
tidak peduli harta yang diperoleh dari jalan halal atau haram. Nah ini yang
kebanyakan orang tidak dipikirkan/dipedulikan. Sementara itu ada sebagian orang
yg hidupnya serba pas-pasan, penghasilan kurang mencukupi (masih mendingan),
ada yang pengganguran karena sulitnya lapangan kerja.
Kenyataannya,
banyak orang tak siap menghadapi perubahan mendadak yang sangat mengganggu
kenyamanan ini. Banyak yang terhempas dalam rasa sakit hati, marah, atau
terjebak dalam kebingungan.
Untuk itulah kita perlu tawakal. Karena tawakal dan keimanan atas segala hal yang terjadi, bukan bangkit dengan sendirinya. Namun, juga atas dorongan dan dukungan dari sesama orang beriman yang ada di sekitar kita. Hingga segala sesuatunya akan terasa masuk akal dan lebih ringan untuk dihadapi, manakala ada orang yang menemani dan membantu kita keluar dari emosi, menuju logika yang lebih mudah dipahami. Allah berfirman:
“Dan
sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, ‘Innaalillaahi wa innaa ilahi rooji’uun.” (Al-Baqarah [2]:
155-156).
Bila
ujian atau bahkan bencana itu kemudian datang menimpa, maka inilah saatnya
untuk menata kehidupan kembali dari awal. Menyempurnakan segala sesuatu yang
mungkin pernah terlewat dan membuat pasangan kita merasa tak dijadikan bagian
dari yang kita putuskan. Juga saat yang tepat untuk menguatkan ikatan
kebersamaan dan pengertian antara kita dan pasangan, juga dengan anggota
keluarga lainnya.
Tragedi bukan berarti kehidupan atau harapan berakhir begitu cepat, tetapi garis awal untuk segera memulai sesuatu yang begitu lama kita tunda untuk memulainya. Seperti dalam kasus suami-istri di atas. Musibah yang menimpa mereka berupa putusnya pekerjaan adalah momentum untuk segera mengambil langkah-langkah baru untuk memulai pekerjaan lain yang lebih besar. Bahkan untuk mulai berpikir membangun usaha mandiri agar tak lagi bergantung pada keputusan pihak lain.
Pemikiran-pemikiran
baru serta langkah-langkah berani memang harus diambil. Namun, ini semua tak
akan menjadi kenyataan manakala ada salah satu dari pasangan yang masih setia
diam di tempat. Apalagi memaksakan diri berdamai dengan kenyataan yang
sejatinya masih dapat diubah. Setiap pasangan harus benar-benar menyadari bahwa
hidup bukanlah sekadar harus dijalani. Namun, perjuangan membuat arti dan
keberanian mengubah keadaaan, itulah yang membuat Allah mempercayakan kita
menjadi khalifah.
Inilah gambaran kehidupan kita di dunia. Apa yang kita miliki saat ini hanyalah sementara. Allah dengan mudah mengambil apa saja yang menjadi milik-Nya, kapan saja. Karena itu, sebagai orang yang beriman, dalam kehidupan sehari-hari, dalam berumah tangga, kita pun harus siap untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Seperti
kisah yang juga pernah dialami oleh sepasang suami-istri yang baru saja
menikah. Saat akan menikah, sang suami memiliki jabatan yang cukup penting di
perusahaannya dan memiliki penghasilan yang besar. Namun, pailit menimpa
perusahaan sehingga akhirnya sang suami pun kehilangan pekerjaan. Walaupun tak berusaha
menutupi duka, mereka masih bisa berkelakar, “Sekarang skor kami kosong-kosong.
Siap memulai hidup yang benar-benar baru dari keadaan kosong.”
Ya,
karena hidup memang bukan menjadi berarti ketika kita memiliki kartu terbaik
dalam hidup. Namun, ia akan menjadi yang terbaik manakala kita dapat
menggunakan kartu apapun dengan cara yang terbaik. Karena itu, tetaplah
bergandengan tangan, berprasangka baik kepada Allah, dan semakin mengokohkan
langkah untuk semakin mengerti, bahwa inilah jalan perjuangan yang tak pernah
sepi dari ujian. Namun, semuanya akan menjadi ringan, jika ada seseorang yang
bersedia menjadi teman.
Sebagai
instropeksi marilah kita renungkan sabda rasul dan ayat-ayat al-qur’an
Rasulullah
SAW. Bersabda : “Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa
hisab dan siksa, mereka adalah orang-orang yang tidak minta ruqyah, tidak
menyandarkan kesialan kepada burung dan sejenisnya, tidak berobat dengan besi
panas dan mereka bertawakal kepada Rabb meeka.” (H.R. Imam Muslim)
Allah
subhannahu wa Ta’ala melarang kita utk bekerjasama dalam dosa dan pelanggaran
dengan firmanNya :”Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah 2)
Suap
(orang awam menyebutnya ‘menyogok’) termasuk salah satu dosa besar yg
diharamkan Allah SWT atas hamba-hambaNya, dan Rasulullah Saw pun melaknat
pelakunya, sebagaimana sabda beliau :
“Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat
penyuap, yang disuap dan perantara dari keduanya.”
(HR, Imam Ahmad dan Thabrani)
Karena
suap termasuk cara paling buruk dalam memakan harta orang lain dengan jalan
batil.
Allah
Swt ada berfirman yg artinya : “Hai orang-orang yg beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Penjaganya malaikat-malaikat yg kasar, yang keras yg tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yg diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg
diperintahkan.” (QS. At-Tahrim :6)
Semoga
ini jadi renungan agar kita lebih berhati-hati menjalani hidup, dan tidak
bermain-main.
Semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar