Jumat, 25 September 2009

EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT (ESQ)

Sukses tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tapi juga harus dibarengi dengan kecerdasan emosi dan spiritual.

Berkembangnya teknologi dan kehidupan urban jaman sekarang mengharuskan manusia untuk memiliki pengetahuan dan high self awareness sebagai bekal hidup. Pernah tidak kamu perhatikan orang-orang disekitar kamu. Ada orang yang bias dibilang gagal dalam bidang akademis tapi berhasil dalam berkarier. Atau ada juga orang yang sukses dalam bidang akademis tapi gagal dalam kariernya.

Misalnya saja Andrie Wongso. Motivator yang paling terkenal di Indonesia ini sebenarnya bisa dibilang gagal dalam bidang akademisnya. Andrie Wongso tidak pernah menamatkan pendidikan SD. Tapi, siapa sangka orang yang bahkan tidak memiliki ijazah SD ini bisa sukses dalam karirnya. Kemampuan dia dalam memotivasi orang sudah tidak diragukan lagi. Atau ada pula kasus sebaliknya. Tanpa ingin mengekspos dan menjelek-jelekkan nara sumber ini, sebut saja namanya Budi. Budi lulusan sebuah perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia, harus menjadi seorang supi taksi untuk dapat menafkahi keluarganya. Memang, supir taksi bukan profesi yang buruk. Tapi mengingat latar belakang pendidikan yang dia miliki, Budi seharusnya bisa memiliki profesi yang lebih baik.

Dua contoh itu menunjukkan kalau kesuksessan hidup seseorang tidak hanya ditentukan oleh latar belakang pendidikan yang mereka miliki. Ada beberapa factor lain yang mempengaruhi sukses tidaknya seseorang.

Setiap manusia memiliki 3 jenis kecerdasan, yaitu :

  • Kecerdasan intelektual atau intellectual quotient (IQ)
  • Kecerdasan emosi atau emotional Quotient (EQ)
  • Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ)

IQ dan EQ sudah dikenal umum oleh masyarakat. Bahkan banyak pula orang yang berpendapat bahwa kedua jenis kecerdasan inilah yang menjadi factor penentu kesuksesan seseorang.

Mereka tidak menyadari tanpa adanya SQ segala kebaikan dan kelebihan dari IQ dan EQ tidak akan membawa hasil yang optimal dalam kehidupan.

Menurut Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya yang berjudul “ESQ power : Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan”, SQ sangat penting untuk mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang mencegah lahirnya Hitler-hitler baru atau Firaun-firaun kecil di muka bumi. Banyak yang menyangka bahwa makna kehidupan bisa diraih melalui materi. Tapi sebenarnya, makna yang paling tinggi dan paling bernilai, saat manusia merasa bahagia, justru terletak pada aspek spiritualnya.

Ketiga jenis kecerdasan ini harus berintegrasi menjadi satu kesatuan. Hubungan di antara ketiganya bias diibaratkan seperti sebuah telur ayam. IQ merupakan kulit telur, EQ merupakan putih telur, sedangkan SQ merupakan kuning telur dan menjadi inti. Kecerdasan-kecerdasan itu dapat disinergikan melalui Emotional Spiritual Quotient (ESQ). ESQ adalah model mekanisme sistematis untuk me-manage ketiga dimensi manusia, yaitu body, mind dan soul.

  • IQ diukur melalui kecerdasan,
  • EQ diukur melalui interaksi sesama manusia,
  • Sedangkan SQ diukur melalui sifat-sifat baik dari Tuhan YME yang dipahami dan diterapkan

Intinya, jika manusia mengenal diri sendiri secara spiritual, maka ia juga akan mengenal Tuhannya. Pada saat itulah terjadi perubahan energi spiritual, juga perubahan cara pandang dan cara berpikir kita sebagai manusia. Hal ini tentunya akan mempengaruhi ketenangan dan keselarasan hidup manusia.

Semoga

(sumber: bulletin Simpati-zone : Okto-2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar