Selasa, 29 September 2009

MENGHARGAI PEKERJAAN

Tiga bulan lalu, Helen memanggil beberapa calon karyawan untuk wawancara. Dari seluruh pelamar yang dipanggil, Helen tertarik dengan dua orang yang dinilai paling cocok.

Salah seorang, sebut saja bernama Nana, adalah seorang fresh graduate. Nana belum pernah bekerja, baru lulus D3 langsung mengirimkan surat lamaran. Dilihat dari angka akademiknya cukup bagus, penampilannya di foto juga oke, maka Nana termasuk dipanggil untuk wawancara pertama.

Ketika dating ke kantor untuk wawancara pertama, Nana tampil oke. Sebagai seorang fresh graduate, penampilannya lebih baik dari yang lain. Seakan-akan dia sudah pernah bekerja. Setelah wawancara selesai, Nana keluar dan melewati ruang resepsionis, Helen tanpa sengaja melihat bahwa Nana tidak berpamitan kepada resepsionis, bahkan terseyum pun tidak.

Seorang calon lain, sebut saja bernama Wati, juga menarik perhatiannya. Sama seperti Nana, dia juga seorang fresh graduate. Hanya bedanya Wati pernah bekerja di sebuah perusahaan selama tiga bulan. Di perusahaan tersebut, Wati merasakan susahnya bekerja. Dia tidak boleh seenaknya keluar dari kantor.

Waktu makan siang pun dibatasi. Untuk minta izin tidak masuk kerja juga sangat sulit, sehingga dia selalu memilih tetap masuk kerja meskipun sedang sakit. Untungnya dia hanya pernah sakit flu dua kali. Bukan penyakit yang termasuk parah.

Waktu dipanggil untuk wawancara, Wati minta agar boleh datang setelah jam kerja.. Helen setuju. Ketika datang, Wati berpenampilan rapi dan sederhana. Dia dengan cepat menjawab semua pertanyaan. Ketika datang, dia menyapa resepsonis dengan ramah. Ketika pulang dia juga berpamitan dengan office girl yang kebetulan menunggu disamping meja resepsionis. Sopan dan tulus.

Setelah melalui berbagai test, akhirnya kedua orang ini, Nana dan Wati, diterima bekerja dibagian marketing. Keduanya sama-sama belum berpengalaman di bidang marketing. Karena itu, mereka berdua harus sama-sama belajar. Dari pengetahuan produk hingga cara melakukan pendekatan, cara menjual dan sebagainya.

Nana tampaknya mudah mengerti apabila diberitahu mengenai sesuatu. Langsung berkata “Ya pak, ya pak.” Sehingga atasannya menilai Nana sangat cepat belajar. Sebaliknya Wati banyak bertanya apabila diberitahu mengenai sesuatu. Kadang-kadang harus diulang sekali lagi, baru Wati tampak puas dan mengerti.

Lapor Perkembangan

Setiap akhir bulan dia melapor kepada Helen mengenai perkembangan Nana dan Wati. Kesannya terhadap mereka berdua cukup positif, sehingga Helen mulai berpikir untuk mempertahankan mereka berdua setelah masa percobaan.

Seperti biasa, Helen juga seringkali melakukan kunjungan keliling ke semua divisi, terutama yang ada karyawan barunya.

Ternyata apa yang ditemuinya di lapangan sangat mengejutkan Helen. Hampir dalam segala hal, Nana selalu bertanya kepada teman-teman lain atau minta bantuan mereka untuk mengerjakan semua pekerjaannya.

Ternyata semua penjelasan dari atasannya tidak dimengerti sama sekali olehnya. Setiap kali atasannya selesai menjelaskan sesuatu dan beliau berlalu, maka segera Nana ribut bertanya kepada yang lain sambil berkeluh kesah.

Bahkan, seringkali Wati mengerjakan pekerjaan Nana, bukan hanya membantunya saja. Begitu pula setiap kali Nana menerima perintah dari atasannya untuk melakukan sesuatu, dia selalu berkeluh kesah panjang lebar.

Misalnya ketika dia diminta menelepon salah seorang pelanggan yang sudah lama tidak berhubungan lagi dengan perusahaan tersebut, Nana mengeluh dengan bersuara keras. “ah! Sebel deh! Disuruh-suruh melulu! Harus menelepon orang lagi! Reseh!”

Dan sial, Helen mendengar langsung keluhan Nana ketika kebetulan dia berada di pintu masuk ruangan marketing. Segera Helen memanggilnya dan menanyakan hal itu, tapi Nana hanya minta maaf saja sambil tersenyum-senyum.

Begitu juga ketika dia harus pergi mengunjungi salah seorang pelanggan penting, Nana berkeluh kesah seperti biasa. “Huuh! Sebel! Masa gue harus pergi lagi! Kan cape?! Masa disuruh-suruh lagi!”. Lalu dia mengajak Wati dan pergi sambil cemberut.

Berbeda dengan Wati. Perintah apapun langsung dikerjakan dengan penuh semangat. Disuruh kemana pun, Wati siap. Cara kerjanya juga cepat. Dia tidak pernah mengeluh. Bahkan, dia tidak pernah keberatan membantu pekerjaan Nana sambil mengerjakan tugasnya sendiri.

Dan diakhir masa percobaan, bisa ditebak siapa yang dinyatakan lolos dan siapa yang tidak. Helen melihat, Wati sangat menghargai pekerjaannya yang sekarang karena dia pernah merasakan betapa beratnya bekerja ditempat kerja sebelumnya.

Di perusahaan yang sekarang Wati sangat bersyukur karena atasannya tidak segalak dulu. Atasannya mempercayainya, tidak cerewet dan memperlakukannya dengan wajar. Jadi Wati sangat menikmati pekerjaannya yang sekarang.

Sebaliknya Nana menganggap kebaikan atasannya sebagai suatu kesempatan untuk bias berbuat seenaknya tanpa takut dimarahi. Dia menganggap atasannya pasti tidak akan marah kepadanya. Dia masih menganggap pekerjaan sebagai suatu kegiatan social yang sering dilakukannya.

Karena itu Nana merasa berhak untuk kesal kalau disuruh-suruh. Nana belum bisa menghargai pekerjaannya. Hargai pekerjaan Anda. Love Your Job!

Semoga.

(sumber: Bisnis Indonesia, 14-9-’07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar